Sabtu, 28 Juli 2012

Perubahan Iklim Picu Wabah Bakteri Di Utara Eropa

Perubahan iklim yang disebabkan aktivitas manusia merupakan faktor utama munculnya segerombolan bakteri di Eropa bagian utara yang dapat menyebabkan gastroenteritis atau radang saluran pencernaan, demikian kata para ahli internasional.

Laporan yang dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change pada Minggu, memberikan beberapa bukti awal mengenai pola pemanasan di Laut Baltik yang secara tidak sengaja memunculkan infeksi Vibrio di Eropa utara.

Vibrio merupakan sekelompok bakteri yang biasanya berkembang biak dalam suhu hangat dan lingkungan laut tropis. Bakteri tersebut dapat menyebabkan berbagai infeksi pada manusia, mulai dari kolera hingga gastroenteritis yang merupakan akibat dari memakan kerang-kerangan  mentah atau belum matang atau karena kontak dengan air laut.

Satu tim ilmuwan dari beberapa institusi di Inggris, Finlandia, Spanyol dan Amerika Serikat melakukan pemeriksaan suhu permukaan air laut dan data satelit, serta data statistik bakteri Vibrio di Laut Baltik.

Mereka menemukan jumlah dan penyebaran kasus tersebut di sekitar Laut Baltik yang berhubungan erat dengan puncak suhu permukaan laut. Setiap tahun suhu permukaan laut meningkat satu derajat, yang membuat jumlah bakteri Vibrio meningkat hingga 200 persen.

“Peningkatan besar secara nyata dapat dilihat saat fenomena gelombang panas tahunan yang cenderung mengindikasikan bahwa perubahan iklim memang penyebab infeksi tersebut,” ujar Craig Baker-Austin di kantor Centre for Environment, Fisheries and Aquaculture Science, Inggris.

Pemanasan samudera
Studi iklim menunjukkan bahwa peningkatan emisi gas rumah kaca menyebabkan suhu rata-rata permukaan global meningkat 0,17 derajat Celsius dari tahun 1980-2010.

Penelitan terhadap bakteri Vibrio difokuskan pada Laut Baltik karena wilayah tersebut memanas pada sebuah rekor baru yaitu rata-rata meningkat dari 0,063 sampai 0,078 derajat Celsius pada tahun 1982 sampai 2010, atau meningkat 6,3 sampai 7,8 derajat Celsius per 100 tahun.

“Hasil penelitian tersebut menunjukkan, pemanasan ekosistem laut tercepat dari belahan bumi mana pun telah terungkap sejauh ini,” kata laporan tersebut.

Banyak bakteri laut berkembang di laut yang bersuhu hangat dan berkadar garam rendah. Perubahan iklim telah menyebabkan lebih sering dan tingginya curah hujan, yang mengakibatkan berkurangnya kandungan garam di muara dan rawa-rawa daerah pantai.

Saat suhu samudera terus meningkat dan daerah-daerah pantai di utara berkurang kadar garamnya, bakteri Vibrio akan bermunculan di area yang lain, kata para ilmuwan.

Wabah Vibrio juga telah muncul zona iklim sedang dan dingin di Chile, Peru, Israel, barat laut Amerika Serikat dan barat laut Spanyol, dan hal tersebut dapat dihubungkan dengan peningkatan suhu, kata para ilmuwan.

“Masih sangat sedikit penelitian yang membahas tentang resiko dari infeksi ini di daerah bumi belahan utara,” kata Baker-Austin.

“Tentu saja kemungkinan terinfeksi bakteri Vibrio masih relatif kecil, dan banyak penelitian yang berfokus di area di mana penyakit ini menyebar atau setidaknya lebih umum,” tambahnya.

Wabah Vibrio sebelumnya di daerah yang lebih dingin sering dikategorikan sebagai kejadian yang sporadis atau kondisi khusus dibandingkan dengan pencegahan jangka panjang perubahan iklim.

Hal ini karena dampak pemanasan global dapat lebih banyak ditemukan di daerah bumi belahan utara dan di area yang rendah akan data iklimnya, kata penelitian itu.

Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

 
http://70persen.com/images/70persen468x60.gif